Mitra, imfosulut.id – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw membuka Konferensi Daerah Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sulut di Rimba Lamet, Ratahan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Jumat (23/4/2021).
Saat sambutan, Kandouw mewakili Gubernur Olly Dondokambey mengaku salut atas capaian GMNI maupun Persatuan Alumni GMNI saat ini.
“Tapi kita jangan cepat puas dengan capaian yang telah dicapai selama ini. Kita harus berperan bersama dan bekerja keras untuk membangun daerah,” ungkapnya.
Ia berpesan agar para kader GMNI jangan punya pemahaman ideologi Marhaenisme yang lemah.
“Tapi harus mampu mengimplementasikan paham Marhaenisme dalam kehidupan saat ini,” ajaknya.
Ia berharap alumni GMNI untuk tetap punya semangat dan tidak pernah kendor dalam berjuang. Apalagi menurutnya, GMNI menempati posisi penting.
“Jangan berpuas hati. Untuk itu dari segi ekonomi harus ada output dan outcome. Gunanya harus ada,” katanya.
Menurutnya, menjadi kader GMNI harus beradaptasi di era milenium.
“Jangan bermimpi bersaing jika tak mampu membuat, apalagi di era pandemi,” jelasnya.
Mantan Ketua DPRD Sulut ini menekankan, kader GMNI harus melawan narkoba, perusakan lingkungan dan korupsi.
“Belum lagi hal lain. Jangan hanya kumpul-kumpul, namun harus berpikir luas. Jangan ketinggalan dengan yang lain. Saat ini sudah waktunya,” ungkapnya.
Kandouw pun mengajak kader GMNI harus menjadi penegak pilar kebangsaan. Sebab persaingan sekarang lebih ketat.
“Kader GMNI harus mewarnai perjuangan dan mampu bersiang dalam membangun daerah. Olehnya, mari sama-sama membentuk sendi-sendi kehidupan dan batu bata peradaban,” tutupnya.
Di tempat yang sama, Ketua GMNI Sulut, James Sumendap mengatakan kepada kader GMNI bahwa garis perjuangan saat ini butuh akses.
“Perlu agar kader diperjuangkan dalam era saat ini. Kita harus menyebar, menyusup dan merebut. Itu yang paling penting,” ujarnya.
“Memang kita baru memulai. Banyak kader kita yang dipandang sebelah mata, tapi kita harus terus berjuang,” sambungnya.
Bupati Minahasa Tenggara ini mengatakan, sebagai penganut ajaran marhaenis, kader GMNI harus mempertahankan NKRI sebagai harga mati.
“Beda tapi satu. Tak mengenal suku agama, primordial, dan GMNI adalah tempat berkumpul para kaum nasionalis,” jelasnya.
“Tugas kita masih luar biasa untuk mengawal anak-anak bangsa agar lebih eksis dalam pembangunan,” tandasnya.(Kifli).