Manado, infosulut.id – Budaya, Sejarah, dan Agama yang berada di Bumi Nyiur Melambai dikemas dengan begitu apik oleh Yoseph E. Ikanubun lewat sebuah karya yang di bukukan, dengan tak mengurangi sepeserpun nilainya.
Dengan mengusung tema ‘diskusi budaya, sejarah, dan agama di Sulawesi Utara (Sulut), Komunitas Marijo Belajar (MJB) Sulut menggandeng Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulut menggelar bedah buku yang berjudul Jurnalis Melintasi Zaman dengan menghadirkan Narasumber yang berkecimpung pada disiplin ilmu tersebut, di Kantor Amsi Sulut, Jl. Elang Raya III, Kecamatan Malalayang, Kamis (30/09) Pukul 15:30 WITA.
Dr. Ivan Kaunang, S.S,. M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) menanggapi yang menjadi kekurangan dan kelebihan buku yang ditulis tiga tahun lalu tersebut.
“Penulis mampu mengemas dengan sederhana berbagai peristiwa dari barbagai zaman di Daerah ini. Namun secara akademik, buku ini kurang daftar pustakanya,” tanggap Dosen yang menyelesaikan S3-nya di Fakultas Udayana (Unud) Bali ini.
Sementara itu, Ketua AMSI Sulut Agus Hari yang juga merupakan Panelis mengungkapkan, sangatlah jarang ditemukannya buku-buku yang memuat kondisi Sulut yang ditulis oleh Jurnalis Lokal.
“Kalau membaca buku dari Filsuf atau Sejarawan itu akan pusing karena susah bahasanya, tetapi kalau bahasa Jurnalis pasti akan lebih sederhana dan gampang dicerna,” ungkap Pemred Barta1.com di hadapan peserta diskusi.
Buku yang terdiri lebih dari 100 Halaman ini sempat menjejaki 15 Koran, tetapi hanya dua koran yang hanya memiliki halaman khusus tentang budaya. Ka Yoseph (sapaan akrab Yoseph E. Ikanubun) mengatakan, buku yang ditulisnya sangat ringan, sehingga pembaca bisa mempelajari suatu isu dengan sebuah cerita.
“Tulisan ini dapat dibaca bukan hanya dari orang-orang ilmiah, tapi bahkan sampai pada orang-orang di kampung,” kata Jurnalis Liputan6.com ini.
Saat memasuki sesi tanya-jawab, Farid Mamonto membukanya dengan membeberkan hal kritis, dengan mengangkat bagaimana Media kurang mengangkat isu-isu soal akar rumput soal penggusuran, dan perampasan hak.
“Saya pikir dalam hal sejarah, budaya, agama, lingkungan, agraria, dan sebagainya di Sulut itu sangat darurat, tetapi tidak mendapat tempat di Media,” beber Kader PMII Metro Manado dengan di ikuti pertanyaan “dalam meliput buku tadi apa kendala lain selain financial yang dirasakan?”.
Ikanubun menjawabnya dengan menjelaskan berbagai kendala di lapangan. “Kendala paling utama sebenarnya ada pada Narasumber yang cukup sulit dan literatur-literatur pendukung, atau referensi yang perlu di gali dalam penelitian ini,” jawabnya.
Berbagai pertanyan yang layangkan para Peserta, dan dijawab dengan begitu rinci. Diskusi tersebut berakhir dengan penyerahan Buku oleh Yoseph E. Ikanubun kepada Ketua MJB Sulut Jesika Tarima dan Peserta yang aktif.
“Pentingnya kesadaran melestarikan Sejarah dan Budaya di Sulut. Dengan bantuan Jurnalis sering memuat di Media Massa mengenai hal ini perlu apresiasi, dan dukungan dari kita agar keunikan ragam sejarah dan budaya di Sulut semakin terekspos,” harap Tarima sembari memegang buku yang baru diserahkan.
Turut hadir dua Kader PMII Metro IAIN Manado, DPC GMNI Manado, Ketua Komda PMKRI Sulut Stefanus Goni, dan 11 Anggota MJB Sulut.(Kifli).