Manado, Infosulut.id – Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Kota Manado sendiri untuk Sekolah Dasar (SD) ada 7 Sekolah yang lolos sebagai Sekolah penggerak yakni SDN 25 Manado, SDN 67 Manado, SDN 115 Manado, SD Harapan Bunda Manado, SD Mitra Manado, SD GMIM 02 Manado dan SD Citra Kasih Manado.
Kepala Sekokah SD Negeri 25 Manado, Elisabeth A Sumampouw S.Pd M.Pd Senin (22/11) menyampaikan, sebagai Sekolah penggerak banyak kelebihan dalam peningkatan mutu sekolah yang didapat.
“Kami bisa mendapatkan peningkatan mutu hasil belajar dalam kurun waktu tiga tahun, peningkatan kompetensi kepala sekolah dan guru, percepatan digitalisasi sekolah, kesempatan menjadi katalis perubahan bagi satuan pendidikan lain, percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila dan pendapatkan pendampingan intensif serta memperoleh tambahan anggaran untuk pembelian buku bagi pembelajaran dengan paradigma baru,”ungkap Kepsek.
Kata dia, Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan kognitif individu para siswa.
“Dengan adanya merdeka belajar maka siswa diberikan ruang untuk bisa mengembangkan diri mereka sesuai minat dan bakat. Dengan cara ini, stigma siswa pintar dan bodoh diharapkan bisa segera dihilangkan. Sebab, manusia memiliki bakat alami yang berbeda-beda, dan tidak bisa ditentukan dengan tes formal,”jelas Kepsek Sumampouw.(Kifli).