Manado, Infosulut.id – Di awal tahun pelajaran baru setelah pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), biasanya peserta didik di sekolah mulai mengikuti pembelajaran secara aktif. Namun, di tahun pelajaran ini, hal tersebut tidak berlaku lagi karena peserta didik menjalankan satu aktivitas yang disebut assesmen diagnostik nonkognitif dan kognitif.
Dijadwalkan jumat 29 Juli 2022 lalu, semua kelas 10 ada 490 siswa baru mengikuti assesmen.
Asesmen diagnostik nonkognitif digelar agar bisa dapat memahami dan mengetahui karakter dan potensi anak didik.
Menurut Kepala SMA Negeri 3 Manado, Dr Grace Lowing M.Pd Selasa (02/08/2022) bahwa agenda assesmen diagnostik nonkognitif ini berlangsung selama sehari.
“Tujuan asesmen diagnostik nonkognitif ini kepada peserta didik ialah untuk mengetahui psikologis sosial emosi, aktivitas belajar di rumah, latar belakang pergaulan peserta didik dan mengetahui gaya belajar, karakter serta minat peserta didik. Hal ini dilaksanakan sebelum pemberian perlakuan pembelajaran kepada peserta didik,” paparnya.
Sebagai implementasi Kurikulum Merdeka, lanjut Lowing, assesemen diagnostik nonkognitif ini disusun oleh guru bimbingan konseling yang dijalankan bersama oleh wali kelas masing-masing.
Jadi kata Lowing, setiap peserta didik akan memiliki anecdotal record yang dijadikan acuan mendalami siswa. Sekiranya ada temuan dari hasil asesmen baik secara tertulis, lisan atau wawancara yang perlu ditindaklanjuti oleh wali kelas masing-masing dapat dikomunikasikan ke orangtua peserta didik agar dapat membantu dalam keterlaksanaan pembelajaran.
Lowing menambahkan, bukan hanya asesmen diagnostik nonkognitif yang akan diberikan kepada peserta didik, namun juga asesmen diagnostik kognitif seluruh mata pelajaran. Asesmen ini pun akan dijadwalkan sebagai satu aktivitas kegiatan peserta didik.
Lowing menuturkan, guru profesional akan memberikan bekal pendidikan, pengetahuan dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik untuk mencapai cita-citanya di masa depan. Nah, kesimpulannya, asesmen diagnostik untuk merancang baseline Kurikulum Merdeka di suatu lembaga pendidikan atau sekolah adalah langkah utama sebelum kita menerapkan pembelajaran.
“Sehingga guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik peserta didik. Dapat digunakan juga sebagai dasar untuk memberikan interpretasi dan rancangan tindak lanjut berupa perlakuan (intervensi) untuk melaksanakan studi lanjutnya,” pungkasnya.(Kifli).