Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, Andry Prasmuko. Foto : Ist
Manado, Infosulut.id – Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I tahun 2023 Perekonomian tumbuh sebesar 5,26% (yoy), atau menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,20% (yoy).
“Kami sangat optimistis untuk pertumbuhan ekonomi menguat, meski tidak spektakuler. Catatan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,03% (yoy), meskipun pangsa Sulawesi Utara terhadap nasional masih terbatas, yaitu sebesar 0,79%,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulut, Andry Prasmuko, pada kegiatan Diskusi ISEI Cabang Sulut sera Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Sulut Triwulan I 2023 di ruang Tondano BI Sulut, Senin (12/6/2023).
Pertumbuhan ekonomi Sulut, pada triwulan I 2023, lanjut Prasmuko didorong oleh lapangan usaha (LU) Perdagangan Besar dan Eceran yang tumbuh 10,22% (yoy) dengan andil sebesar 1,32% (yoy).
“Secara umum, perbaikan perekonomian Sulut secara tahunan pada triwulan I 2023 ditopang oleh perbaikan permintaan domestik pasca pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM),” ujarnya.
Dari sisi permintaan, perekonomian Sulut pada triwulan I 2023 didorong oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,74% (yoy) dengan andil sebesar 3,95% (yoy) selaras dengan peningkatan aktivitas masyarakat dan pelaku usaha, terutama setelah berakhirnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Terkait inflasi Sulut, yang tercermin dari inflasi Kota Manado dan Kotamobagu triwulan I pada 2023 meningkat dari triwulan sebelumnya.
Inflasi Manado pada triwulan I 2023 sebesar 5,20% (yoy), sementara Kotamobagu tercatat inflasi 6,95% (yoy).
Inflasi di kedua kota tersebut lebih tinggi dari inflasi Nasional triwulan I 2023 yang
sebesar 4,97% (yoy).
Inflasi terjadi hampir pada seluruh kelompok pengeluaran di kedua kota. Adapun kelompok penyumbang inflasi utama adalah Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Kelompok Transportasi; dan Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya.
Di Kotamobagu, pada Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman dan atau Restoran juga
mendorong peningkatan inflasi.
Perekonomian Sulawesi Utara untuk keseluruhan tahun 2023 diprakirakan akan tetap kuat dibandingkan prakiraan sebelumnya.
Namun demikian, laju pertumbuhan ekonomi Sulut diprakirakan akan cenderung melambat dibandingkan tahun 2022 sejalan dengan menurunnya prospek perekonomian global. Dari sisi lapangan usaha, LU Perdagangan dan LU Transportasi diperkirakan akan tetap kuat sejalan dengan optimisme masyarakat yang terjaga sehingga mendorong mobilitas dan konsumsi domestik.
LU Pertanian diperkirakan tetap kuat ditopang oleh Sub LU Perikanan. Sementara itu, dari sisi pengeluaran kinerja konsumsi komestik diperkirakan tetap kuat terutama ditopang oleh Konsumsi RT dan Konsumsi LNPRT.
Kinerja perdagangan luar negeri diperkirakan mengalami normalisasi seiring dengan prospek permintaan eksternal yang masih terbatas.
“Untuk itu, kami akan terus berkoordinasi bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan bersinergi dengan institusi vertikal dan horizontal lainnya yang berada di Sulawesi Utara untuk selalu menjaga ketahanan perekonomian provinsi yang kita cintai bersama ini,” ungkapnya.
Sementara itu, inflasi gabungan 2 kota IHK Sulawesi Utara di tahun 2023 diperkirakan menurun dari tahun sebelumnya, dan berada di sekitar batas atassasaran inflasi Nasional sebesar 3,00% ± 1%.
Tekanan inflasi diperkirakan masih berasal dari transmisi permasalahan rantai suplai global akibat konflik geopolitik yang berkepanjangan pada sejumlah komoditas, terutama komoditas pangan.
Selain itu, peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan pencabutan kebijakan PPKM secara resmi diperkirakan mendorong konsumsi tetap tumbuh di tengah harga energi yang masih tinggi.
Inflasi tahun 2023 diperkirakan dapat turun dan berada pada sasaran inflasi Nasional dengan didukung oleh penanganan risiko inflasi pangan yang semakin baik dalam kerangka TPID, semakin terkendalinya tarif angkutan udara di tengah pemulihan jumlah dan rute penerbangan, serta terjaganya tingkat peredaran uang di masyarakat sebagai dampak kebijakan peningkatan suku bunga BI 7 Days (Reverse) Repo Rate.(Kifli)