Tomohon, Infosulut.id – Puluhan Siswa dan Siswi dari SMA Negeri 1 Tomohon pada Senin (21/8/2023), antusias mengikuti pelatihan jurnalistik dengan materi tentang pers dan Mengidentifikasi Hoaks yang disampaikan oleh Jurnalis Pendidikan Sulut (JPS).
Sejumlah materi disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik Siswa yang mengambil tema “Memahami dan Menguasai Informasi, Memperkuat Budaya Literasi Siswa”. Selin menerima teori terkait jurnalistik, puluhan siswa SMAN 1 Tomohon juga melatih ketrampilan dalam wawancara dan menulis berita.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala SMAN 1 Tomohon Maria R Walukow SPd MHum yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Dra Ribka Juniarti Sanger MM. Dalam sambutannya, dia menyebut Pelatihan Jurnalistik itu penting bagi siswa.
“Seperti dalam tema ini, memahami dan menguasai informasi itu sangat penting, apalagi di era digital. Ini juga memperkuat budaya literasi siswa,” papar Ribka Juniarti Sanger.
Ketua JPS Julkifly Madina dalam sambutannya menyebut, pelatihan itu merupakan salah satu kontribusi para jurnalis untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar terkait jurnalistik, serta memahami dan menguasai informasi yang akurat.
“Ini komitmen kami para jurnalis yang tergabung dalam JPS untuk berkontribusi dalam menguatkan literasi siswa,” papar Pemred infosulut.com ini.
Usai pembukaan, dilanjutkan dengan materi pertama tentang Pengantar Pers dan Jurnalistik dipaparkan oleh Ahli Pers dari Dewan Pers Yoseph E Ikanubun.
Dalam kesempatan itu, Ikanubun menjabarkan tentang sejarah perkembangan pers sejak zaman Mesir kuno, Romawi, hingga zaman modern.
“Pers modern muncul setelah ditemukan mesin cetak oleh Johanes Gutenberg tahun 1450. Pria yang tinggal di tepi Sungai Rhein Kota Mainz Jerman, merintis pembuatan mesin cetak,” papar Ikanubun yang juga Ketua Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado Periode 2018-2021 dan 2021-2024 ini.
Dia kemudian memaparkan pengertian pers sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Dalam ketentuan itu, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
“Fungsi pers adalah memberikan informasi, mengedukasi, hiburan, dan kontrol sosial,” ujar Ketua AJI Manado Periode 2021-2015 dan 2015-2018 ini.
Dia mengungkapkan, surat kabar pertama yang terbit secara teratur di Eropa di mulai di Jerman tahun 1609 bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Kemudian pada 1650 terbit surat kabar harian pertama, Einkommende Zeitung di Leipzig Jerman. “Nah, kalau di Indonesia atau yang zaman Belanda disebut Hindia Belanda, surat kabar pertama berbahasa Belanda yang terbit adalah Bataviasche Nouvelles di tahun 1744-1746. Ini adalah terbitan pertama di Batavia,” papar Ikanubun yang juga Penguji Kompetensi Jurnalis AJI Indonesia ini.
Setelah memaparkan terkait sejarah pers, dia kemudian mengulas tentang pengertian asal usul kata wartawan, jurnalis, dan reporter. Juga bagaimana wartawan menjalankan tugasnya.
“Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, ini diatur dalam pasal 1, ayat 4 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,” papar dia.
Tekait dengan kerja-kerja jurnalistik, dia mengatakan, para prinsipnya wartawan mengerjakan apa yang disebut sebagai 6M. Dalam menjalankan tugasnya, wartawan berpedoman pada UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
“Wartawan, jurnalis, atau reporter pada prinsipnya melakukan 6 M yakni mencari, memperoleh, memiliki,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi melalui media massa,” ujarnya.
Selanjutnya materi kedua dipaparkan oleh Ikanubun terkait dengan Mengidentifikasi dan Menangkal Hoaks.
“Hoaks adalah informasi bohong. Ada berbagai jenis hoaks, karena itu penting bagi kita mengidentifikasi sekaligus menangkal hoaks,” papar Ikanubun.
Dia menambahkan, ada beragam hoaks berupa misinformasi dan disinformasi yang berkembang dan menyebar sehari-hari. Untuk itu, perlu mengenali beragam mis dan disinformasi tersebut.
“Misinformasi adalah informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah. Ini disengaja,” papar dia.
Dia kemudian memaparkan disertai beragam contoh jenis-jenis misinformasi dan disinformasi yakni satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, konten tidak terkait, konten dengan konteks yang salah, serta konten manipulatif.
“Untuk itu, kita perlu mencermati baik-baik konten-konten yang beredar, jangan kita langsung membagikan karena bisa dikategorikan sebagai penyebar hoaks,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ikanubun juga memaparkan tentang penyebab muncuknya hoaks yang beredar di masyarakat. Dia menyebut, sedikitnya ada 7 alasan beredarnya misinformasi dan disinformasi.
“Penyebabnya adalah jurnalisme yang lemah, buat lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi, partisanship, cari duit melalui clickbait – iklan, gerakan politik, dan propaganda,” ujarnya.
Setelah memberi penjelasan terkait beragam mis dan disinformasi, para peserta kemudian diberi beberapa tips untuk bagaimana menangkal hoaks yang beredar. Mereka juga diberi pemahaman terkait ancaman hukum bagi penyebar hoaks.
“Ada ancaman hukuman seperti diatur dalam UU ITE, sehingga kita harus berhati-hati dan bijak dalam menerima dan mengelola informasi yang diperoleh,” ujarnya.
Setelah dua sesi pertama yang lebih mengarah ke teori dan pengetahuan dasar serta kesadaran etiika, materi ketiga dan keempat menuntun dan melatih siswa mengasah ketrampilan.
Julkifli Madina yang tampil di sesi ketiga memaparkan tentang Tekhnik Reportase dan Wawancara. Dia menjelaskan tentang definisi reportase dan wawancara. Setelah itu para peserta dibagi dalam beberapa kelompok, dan melakukan simulasi wawancara. Para siswa mewawancarai pengurus OSIS terkait berbagai program.
“Wawancara ini hal penting dalam kerja jurnalistik, ini salah satu cara dalam mencari dan memperoleh informasi,” ujarnya.
Para siswa kemudian menuliskan hasil wawancara ini dalam sebuah berita. Sebelum itu mereka dibekali dengan materi tentang Tekhnik Menulis Berita yang disampaikan oleh Redpel Barta1,com Ady Putong.
“Berita ini adalah fakta. Menulis berita itu harus memperhatikan struktur, nilai, dan unsur berita,” papar Putong.
Dia juga memaparkan terkait bagaimana menentukan judul, lalu menulis lead atau teras berita sederhana hingga menyusun kerangka berita yang mudah dicerna dengan menggunakan rumus 5W dan 1H yang merupakan unsur berita.
“Penting menempatkan rumus What, Who, When, Why, Where, dan How atau Apa, Siapa, Kapan, Mengapa, Di mana, dan Bagaimana dalam sebuah berita,” katanya.
Pada sesi akhir, para siswa diberikan kesempatan untuk menulis berita serta mempresentasekan di depan forum. Beberapa berita yang dinilai terbaik oleh para narasumber, diunggah di media online.
Para siswa menyampaikan ketertarikan mereka pada pelatihan itu. Seperti yang disampaikan Krinly Palohoen. Menurutnya, mereka punya pengetahuan dan pengalaman baru terkait ilmu jurnalistik.
“Dunia jurnalistik ternyata sangat menarik. Apalagi kami juga belajar tentang bagaimana mengidentifikasi dan menangkal hoaks,” ujarnya.(Kifli).