Manado,Infosulut.id – Musim kemarau melanda hampir seluruh kawasan Indonesia, sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau Sulawesi Utara pada bulan Juni 2023.
Untuk Kota Manado dan sekitarnya puncak musim kemarau di prediksi pada bulan Agustus 2023, wilayah daratan bagian Timur Sulawesi Utara puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan September 2023.
Sesuai dengan perkiraan BMKG, hingga Awal Oktober, hujan tak kunjung turun, hal tersebut di rasakan masyarakat Sulawesi Utara khususnya yang berada di bagian Utara kota manado, seperti halnya kelurahan meras yang merasakan dampak dari musim kemarau yang berkepanjangan.
Meras adalah salah satu kelurahan di kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. Kelurahan yang terletak 10 Km dari pusat kota Manado ini, memiliki pesona yang unik karena terletak di kaki Gunung Tumpa serta berdekatan dengan bibir pantai yang menghadap langsung dengan taman Nasional Bunaken.
Namun, dibalik pesonanya yang unik, Meras sedang mengalami dampak musim kemarau yang cukup serius. Hal tersebut dirasakan sudah hampir setahun terakhir.
Terlihat dari sungai hingga tempat penampungan Air yang kering. Masyarakat setempat hanya memanfaatkan beberapa sumur serapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta bantuan air bersih dari Pemerintah.
Salah satu petani Andre Tio yang tinggal di Kelurahan Meras yang berada di kawasan Manado bagian Utara. Meras, Jumat (03/11/2023) mengungkapkan, musim kemarau yang panjangan berdampak pada kebun miliknya.
“Selama musim kemarau ini, Pertumbuhan cabai tidak maksimal, batang dan daun hingga buah menjadi hitam, sering kali di dapati cabai kering yang sudah terbakar sinar matahari,” kata Andre sambil memilah cabai yang layak untuk dijual di kebunnya.
Andre (sapaan akrabnya) mengatakan, sudah hampir beberapa bulan terakhir dirinya merugi, dikarenakan panen yang tidak stabil diakibatkan cuaca panas yang cukup membuatnya resa.
“Dari modal yang sudah saya keluarkan baru 25%, yang balik, tetapi saya tetap bersyukur walaupun belum balik modal setidaknya ada pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Andre.
Lanjut Andre, dirinya dan petani lainnya memang sudah sering mendapat bantuan langsung dari pemerintah, baik pasokan air, maupun pupuk dan Hal tersebut sudah dikordinasikan dengan Dinas Pertanian terkait.
“Memang kami sudah mendapat bantuan, bahkan sering kali tangki air dari Dinas Pertanian kota datang dan menyuplai air untuk tanaman kami, bahkan kadang Dinas terkait sering kali menghubungi kami menanyakan tentang pasokan air yang ada,” jelas dia.
Andre menambahkan, bahwah meskipun sudah mendapatkan bantuan, tetapi dirinya kurang merasa puas dengan cuaca yang ada dan hanya bisa pasrah sambil menunggu hujan turun.
“Dampak paling besar yang dirasakan kami berkisar pada bulan Juni hingga Juli karena di dapati banyak sekali cabai yang mengering dan bahkan hangus karena cuaca panas dan Untuk saat ini cabai dihargai berkisar 60/kg nya,”terang dia.
Diketahui Andre memiliki lahan cabai 1 hektar, tetapi baru ditanami cabai sebanyak 3.000 isi yang berada pada 5 petak yang di garapnya.
Sementara itu di tempat yang berbeda, Corry Tampi SE. selaku Lurah Meras, menyampaikan, musim kemarau di meras mengakibatkan banyak titik pasokan air yang mengering dan Sungai hingga bak penampungan air.
“Pemerintah sudah berupaya membantu dengan memberikan pasokan air bersih, bahkan dari pihak TNI dan Polri juga ada yang membantu, tetapi tetap saja kekurangan Air masih menjadi kendala, akibat musim kemarau,” ujar tampi.
Lanjutnya, dampak dari kemarau ini sangat merugikan, khususnya bagi kalangan petani, karena pastinya ada yang gagal panen. Tercatat di kelurahan meras ada 329 Kepala Keluarga, dan total penduduk mencapai 1,391 jiwa yang memang membutuhkan pasokan air bersih.
“Harapan saya semoga hujan cepat turun, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata tampi.
Adapun kepala Balai Sungai Sulawesi I, I Komang Sudana yang di temui langsung di kantornya pada (01/11/2023), angkat suara terkait permasalahan kekeringan yang melanda Sulawesi Utara.
“Kalau bicara kekeringan di Sulawesi Utara, kita tidak hanya berbicara mengenai satu titik saja, tetapi semuanya kita monitor.
Kita dikumpulkan oleh bapak Menteri dan beliau sudah mengumpulkan kami para Kepala Balai untuk melakukan Inventarisasi daerah kekeringan,” kata Komang Sudana .
Lanjut I komang Sudana, mereka sudah mengirimkan surat permohonan kepada Walikota Manado bahkan Bupati, agar mau memberikan data terkait daerah mana saja yang sudah terkena dampak kekeringan yang begitu parah.
“Hal itu sedang kami petahkan, bahkan saya sudah membuat surat untuk bapak Walikota/maupun Bupati untuk dapat memberikan informasi daerah kekeringan, disamping kita juga mempunyai data-data ,kita akan cross check,” terang kepala balai Sungai Sulawesi ini.
Kembali beliau mengatakan, untuk daerah Manado bagian Utara, Bailang, Molas hingga Meras dan sekitarnya, adalah daerah padat, dan sudah di turunkan tim untuk melakukan pengecekan.
“Untuk daerah kekeringan, yang pertama itu kita lakukan pengecekan, setelahnya kita mencoba mengaktifkan sumur-sumur resapan, kalau misalkan di daerah itu bisa kita lakukan pengeboran akan kita bor, kalau kekeringannya sudah darurat kita akan laksanakan supply air,” jelasnya .
Kembali ia menuturkan bahwah, Supplay ini sifatnya sementara, sampai turun musim penghujan, tetapi kalau kondisinya parah mereka akan tetap mencoba mensupplay air hingga kondisinya membaik.
Dalam menyuplai air mereka mencoba bekerja sama dengan balai prasarana pemukiman.
“Untuk mengenai turun langsung di meras, kita sementara coba minta data-datanya pada bapak walikota, titiknya dimana, termasuk kemarin kebakaran yang baru-baru terjadi di sumompo itu sudah kita bantu,” tutup Komang .
Adapun data pantauan dari Balai Sungai Sulawesi I, data kekeringan Agustus – Oktober 2023, menjelaskan ada beberapa tempat, kota hingga wilayah kabupaten yang sudah diberikan bantuan hingga antisipasi langsung.
Diantaranya Kabupaten Minahasa, kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Kepulauan Sitaro. Dan sementara dilanjutkan ke tempat – tempat lainnya yang terkena dampak dari musim kemarau.
BMKG mengimbau Masyarakat agar menghadapi kondisi puncak kemarau perlu diwaspadai wilayah yang rentan terhadap bencana yang ditimbulkan oleh curah hujan yang rendah antara lain kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya persediaan air bersih.
Diperkiran Musim kemarau akan berlangsung Hingga Bulan November 2023.
Penulis : Candle
Editor : Julkifli M