Manado,Infosulut.id – The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan Diseminasi dan Diskusi Publik permasalahan Deforestasi dan Penjagaan Hutan. Senin (03/06/2024). JG Center Jl Ir Sukarno Kabupaten Minahasa Utara.
Dalam kegiatan tersebut menghadirkan salah satu pemateri dari Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda yang diwakili oleh Kaban BPBD Minut Theodore Lumingkewas.
Adapun dalam pemaparan tersebut menjelaskan mengenai penanganan banjir di desa Klabat, keca dimembe dan juga sedikit berbicara mengenai bendungan Kuwil di minut.
Menurut beliau ada beberapa faktor yang menjelaskan terkait dengan permasalahan banjir diantaranya “Faktor curah Hujan tinggi, air pasang laut, sedimentasi dimuara,” ungkapnya .
Lanjut beliau ada juga yang namanya faktor manusia dimna kesadaran manusia dalam mengolah sampah
“Penebangan hutan juga menjadi faktor, kurangnya resapan air serta hindari pembangunan pembangunan di bantaran sungai,”jelas Theodore Lumingkewas
Kembali beliau mengungkapkan dari hal tersebut akan terjadi banjir dan Hutan gundul .
Adapun penangananya dengan membersihkan sampah diselokan, menanam pohon untuk menambah resapan air buang sampah pada tempatnya .
“Sebisa mungkin pemerintah melaksanakan berbagai upaya, salah satunya turun lapangan langsung (turlap) memonitoring lokasi dan bekas jalur banjir,” ujarnya
dalam kesempatan tersebut di paparkan juga 3 Komitmen pemerintahan kabupaten Minahasa Utara yakni .
“Telah membuka jalur atau saluran air yang tertutup, menghimbau masyarakat agar tidak melaksanakan penebangan pohon Lia, berkordinasi dan bekerja sama dengan dinas lingkungan Hidup,” jelasnya .
Ungkapnya lagi dari BPBD sendiri ada yang namanya BPBD Go To School, mengajarkan anak anak agar lebih peka terhadap lingkungan
“Mengajarkan agroforesti, reboisasi, penghijauan, dan penghijauan lingkungan dan rencananya pada bulan Juli 2024 nanti akan melaksanakan kegiatan, penanaman 30.000 bibit pohon,” tuturnya.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan Yang namanya Nonton Bareng flm “Penjagal Hutan Kalimantan”, yang merupakan hasil liputan investigasi kolaborasi enam media melalui The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bersama Depati Project di Hutan Borneo, Kalimantan.
Persoalan deforestasi masih terus terjadi, salah satu yang cukup memprihatinkan terjadi di hutan Kalimantan Barat. Salah satu Perusahaan yang diduga kuat terafiliasi dengan Royal Golden Eagle (RGE) Group yaitu PT Mayawana Persada telah melakukan deforestasi untuk konversi ke kebun kayu seluas sekitar 20 ribu hektar.
Perusahaan bernama PT Mayawana Persada, salah satu perusahaan pemegang konsensi HTI yang paling masif menggerus hutan. Liputan kolaborasi Depati Project yang melibatkan sejumlah jurnalis dari beberapa media massa, mengungkap fakta, siapa di balik perusahaan ini.
Praktik deforestasi tersebut tercatat terjadi selama kurun waktu 2015-2022. Yang lebih memprihatinkan, PT Mayawana Persada melakukan penggundulan hutan di Bukit Sabar Subu, bukit sakral bagi masyarakat adat Dayak Kualan Hilir—Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Selanjutnya Koordinator SIEJ Simpul Sulawesi Utara Finda Muhtar mengatakan diseminasi dan diskusi publik yang digelar merupakan upaya bersama dalam menjaga hutan dari proyeksi kerusakan lingkungan.
Kata finda, Apa yang terjadi di Borneo Kalimantan, jelas menjadi tolak ukur seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah dan pihak swasta di Sulawesi Utara
Diketahui selain nonton bareng dan pemaparan dari perwakilan Bupati . Kegiatan tersebut juga menghadirkan narasumber diantaranya Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jemmy Ringkuangan,Akademisi dan Pakar Geospasial Drs Agus S Budiarto MSc, Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki Purnama Nainggolan dan Jurnalis Kolaborator Themmy Doaly (ekuatorial.com) serta dimoderatori Koordinator SIEJ Simpul Sulawesi Utara Finda Muhtar.
Penulis : Candle
Editor : Kifli