Manado,Infosulut.id – Curahan Hati Perempuan yang melawan dalam Aksi Penolakan Reklamasi Pantai Manado Utara kembali terjadi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut
Dalam aksi tersebut terlihat mencolok para perempuan yang rela berpanasan demi menyampaikan aspirasinya di gedung DPRD Sulut, Senin (07/10/2024)
Restin Bangsuil Seorang perempuan pertama yang maju kedepan menyampaikan aspirasinya didepan Gedung DPRD Sulut
Ia mewakili perempuan yang melawan dari lubuk hati yang paling dalam sangat menghormati DPRD Sulut
“Kami mewakili masyarakat pesisir dimanado Utara, hingga kepulauan, menolak keras reklamasi, torang tidak butuh pembangunan yang tidak pro-rakyat,” kata Restin
Kembali ia mengoyakan kekecewaannya di depan gedung DPRD Sulut, sembari mempertanyakan kenapa rekomendasi yang dikeluarkan DPRD Tidak mempan terhadap pengembang
“Torang nda butuh pembangunan, Torang hanya butuh nelayan yang aman, melihat alam yang diciptakan Tuhan, bukan melihat pembangunan yang tidak masuk diakal,” Cetus perempuan Tersebut.
Tak sampai disitu kembali seorang perempuan maju kedepan, dengan penuh kesopanan ia memperkenalkan namanya Meiske Sarawun
“Saya istrie nelayan dari karangria, untuk reklamasi itu sangat menyusahkan kami, apalagi kami menghidupi anak-anak untuk bersekolah, program pemerintah anak harus pintar dan sekolah, dan pantai kamu sudah di tambung, terus Torang so nda ada mata pencaharian,” Ujar Meiske
Kembali Meiske menceritakan kepada bagaimana ia dan perempuan lainnya berjuang jam depalan (8) pagi, dihadapkan dengan pengawal-pengawal dari pemerintah
“Ketika Torang bapele dan menjadi korban Torang yang dilaporkan, nah bagaimana dang itu, Torang mo Se-skolah Torang pe anak tapi mata pencaharian hanya dari hasil nelayan, nah sekarang Torang dengar somo tutup Kong bagimna nasib dari anak-anak Torang,” ungkap Meiske
Meiske kembali mempertanyakan slogan dari pemerintah yang selalu menggaungkan Sulawesi Utara maju.
“Kemudian kalo berbicara lingkungan hidup, itu batata Pante, itu dorang ada Kase mati, dorang kasih racun, sedangkan tanaman tersebut adalah obat, orang yang lumpuh sedari mandi di Pante dorang ambe tu tanaman kong dorang goso di kaki untuk pengobatan,” jelasnya
Meiske berpesan kepada seluruh anggota DPRD agar mau melihat kondisi mereka yang ada dipinggiran pantai.
Kembali ditempat yang sama hadir seorang perempuan yakni Bernad theydemans yang mencerikan bagaimana dirinya harus berhadapan dengan preman demi mempertahankan pantai yang menjadi mata pencahariannya
“Preman-preman datang baku ambe Deng mama-mama, Torang bilang pulang Kong datang bale pake rok,” ungkap perempuan berhijab tersebut .
Cetusnya lagi, bahwa semua itu adalah hasil kerja sama dengan PT.Manado Utara Perkasa (MUP), karena menurutnya PT.MUP sudah membayar mereka
“Kemudian ketika surat dari DPRD di tunjukan kepada mereka, katanya sudah kadaluarsa, kita pikir cuman makan dan minuman yang bisa kadaluarsa, ternyata Surat juga bisa kadaluarsa,” pungkasnya sembari di soraki masa Aksi.
Peliput : Candle
Editor : Kifli