Puluhan Guru di SMAN 1 Kalawat Guru Lombok Ikut Bimtek IKM

oleh -308 views

Minut, Infosulut.id – SMA Negeri 1 Kalawat Guru Lombok menggelar bimbingan teknis Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) kepada puluhan guru guna meningkatkan kualitas dan kompetensi guru pada Selasa (06/09/2022).

Pengawas Bina Dinas Pendidikan Daerah Sulut yang juga pelatih ahli program sekolah penggerak, Diane Manaroinsong menjadi narasumber pada IHT IKM di SMAN 1 Kalawat guru lombok tersebut.

Kepala SMAN 1 Kalawat Guru Lombok, Dr. Florensia Rembet, M.Pd menyampaikan, materi dalam bimtek ini sangatlah baik bagi peningkatan kompetensi guru disini.

“Kami sangat bersyukur pada hari ini guru – guru bisa mengikuti bimtek IKM ,”katanya.

Kata Kepsek Florensia kurikulum merdeka ini sangatlah memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa.

” Kurikulum ini lebih unggul dan lebih membantu para guru untuk fokus pada materi esensial dan merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2013,”ungkap Kepsek.

Sementara itu melalui pengawas bina Dinas Pendidikan Daerah Sulut yang juga pelatih ahli program sekolah penggerak, Diane Manaroinsong mengatakan, kurikulum prototipe yang sudah berlaku tahun 2022-2024 ini bentuk pemulihan pembelajaran yang dikenal kurikulum paradigma baru karena model ini berbasis digital.

” Kurikulum ini lebih unggul dan lebih membantu para guru untuk fokus pada materi esensial dan merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2013,”ungkap Diane.

Kata dia, disini guru akan mengajarkan dengan menggunakan platform digital yakni dimana ada teknis guru bisa mengajar secara daring dan luring.

“Diharapkan para Kepsek harus berperan aktif guna meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dalam pembelajaran saat ini,”jelasnya.

Dalam bimtek IKM diberikan materi tentang kerangka kurikulum, struktur kurikulum, prinsip pembelajaran dan assesmen, platform merdeka belajar, pengorganisasian pembelajaran, merancang pembelajaran, merancang modul, proyek penguatan profil pelajar pancasila.

Diketahui, Kurikulum prototipe sudah diterapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) pada 2022 ini.

Kurikulum baru ini merupakan kurikulum pilihan (opsional) yang di dalamnya terdapat beberapa perubahan. Tentunya memungkinkan para siswa dan guru lebih merdeka dalam belajar.

Kurikulum prototipe merupakan lanjutan dari kurikulum masa khusus pandemi Covid-19 atau kurikulum darurat yang telah diluncurkan pada Agustus 2020 silam. Kurikulum prototipe rencananya akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program Sekolah Penggerak.

Dalam kurikulum prototipe, terdapat tiga karakteristik utama Berikut penjelasannya:

Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills)

Keterampilan non-teknis adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa. Pada kurikulum prototipe, tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa saja, tetapi bisa lintas minat.

Dalam hal ini, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas, yang dikutip dari Koran Tempo Edisi 25 Desember 2021, bahwa guru diminta untuk memberikan sejumlah tugas atau proyek kepada para murid yang sifatnya bisa lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan.

Pada kurikulum prototipe, siswa Sekolah Dasar (SD) paling tidak dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek. Namun demikian, sekolah tetap diberikan keleluasaan untuk pengembangan program kerja tambahan.

Berfokus pada materi esensial

Dengan pembelajaran yang difokuskan pada materi-materi esensial, maka ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Dengan begitu, para siswa atau murid tidak tertinggal dalam kemampuan dasar tersebut.

Selain itu, sudah tidak ada lagi jurusan ilmu sosial (IPS), alam (IPA), dan bahasa di jenjang pendidikan SMA. Siswa juga bebas dalam memilih mata pelajaran sesuai dengan yang diminatinya. Hal ini didasarkan pada kurikulum prototipe yang mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa.

Berbeda dengan kurikulum 2013 yang mengenal istilah KI dan KD, pada kurikulum prototipe terdapat istilah Capaian Pembelajaran (CP). CP merupakan satu kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkelanjutan, sehingga membangun kompetensi yang utuh.

Memberikan fleksibilitas bagi guru

Guru, dalam hal ini, dapat mengajar suatu hal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si murid. “Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal,” jelas Anindito.

Selain itu, perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam kurikulum prototipe, lanjut Anindito, tujuan belajar ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.(Kifli).