Manado, Infosulut.id – Prevalensi stunting di Sulawesi Utara mengalami penurunan yakni Dari 21,69 persen di tahun 2021 menjadi 20,5 persen di tahun 2022 dan ini berdasarkan hasil survey skala nasional, yakni Studi Status Gizi Indonesia (SSGI).
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Utara, Diano Tino Tandaju dalam Raker Tim Percepatan dan Satgas Percepatan Penurunan Stunting Sulawesi Utara di The Sentra Manado, Sulawesi Utara, Selasa (21/03/2023).
Lanjut dia, untuk Kota Tomohon menjadi satu-satunya daerah di Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki prevalensi stunting sesuai target pemerintah.
“Kota Tomohon prevalensi stuntingnya 13,7 persen,” kata Tino Tandaju.
Katanya, target prevalensi stunting dimaksud, diatur dalam Pepres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
“Ya stunting di Sulut mengalami penurunan sebesar 1,19 persen dan
Dari 15 kabupaten kota, hanya enam daerah yang memenuhi target pencapaian prevalensi stunting di tahun 2022,”ungkap Tandaju.
Ini rinciannya:
– Kep. Sitaro dengan capaian 14,4 persen dari target 17,98 persen.
– Bolmong dengan capaian 19,46 dari target 20,95 persen.
– Bolsel dengan capaian 27,9 perseb dari target 29,39 persen.
– Tomohon dengan capaian 13,7 persen dari target 14,43 persen.
– Kota Manado dengan capaian 18,4 persen dari target 18,93 persen.
Minsel dengan capaian 19,26 dari target 19,23 persen.
Sementara, ada lima kabupaten kota yang mengalami kenaikan prevalensi Stunting di tahun 2022 yaitu:
– Boltim dari 24,40 di tahun 2021 menjadi 30 persen di tahun 2022 atau gap sebesar 5,6Y persen.
– Bitung dari 22,1 persen menjadi 23,5 persen.
– Bolmut dari 19,1 persen menjadi 20,5 persen.
– Mitra dari 25,5 persen menjadi 26,5.
– Kep. Talaud dari 25,8 persen menjadi 26 persen.
Melihat data-data, Tino Tandaju mengatakan, upaya pengentasan stunting harus dilakukan secara gotong royong.
“Kita bersama-sama mapalus untuk menurunkan angka stunting,” jelas dia.(Kifli).